Kehadiran media massa memiliki pengaruh yang cukup besar, khususnya dalam kehidupan manusia. Media massa dapat menghilangkan perasaan serta dapat menumbuhkan perasaan juga. Di setiap negara, kecintaan terhadap media massa berbeda-beda tergantung pola budaya masing-masing negara. Misal di Amerika, kecintaan anak terhadap televisi sangat besar. Hal ini dikarenakan televisi lebih sering menyertai mereka daripada kedua orang tuanya.
Tumbuhnya perasaan senang atau percaya pada media massa tertentu mungkin erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media massa tersebut, boleh jadi faktor isi pesan yang disampaikan mula-mula amat berpengaruh, tetapi kemudian jenis media itu yang diperhatikan, apa pun yang disiarkannya.
Efek kognitif yang ditimbulkan oleh media massa menimbulkan depersonalisasi dan dehumanisasi manusia. Media massa juga "menipu" manusia dengan memberikan citra dunia yang keliru. Menurut C. Wright Mills, media massa memberikan rumus hidup yang didasarkan pada "pseudoworld" (dunia pulasan) yang tidak sesuai dengan perkembangan manusia. Dapat dikatakan efek terhadap kognitif manusia yang ditimbulkan oleh media massa yaitu membentuk dan mempertahankan citra, memberikan status dan menciptakan streotipe.
Efek media massa terhadap afektif seseorang yaitu dapat memperkokoh sikap dan pendapat yang ada, walaupun kadang-kadang berfungsi sebagai media pengubah (agent of change). Bila media massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil pada intensitas sikap lebih umum terjadi daripada konversi (perubahan) seluruh sikap dari satu sisi masalah ke sisi yang lain. Media massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada bidang-bidang dimana pendapat seseorang lemah, misalnya pada iklan komersil. Media massa juga cukup efektif dalam menciptakan pendapat tentang masalah-masalah baru bila tidak ada predisposisi yang harus diperteguh.
Efek media massa tehadap behavioral seseorang lebih ditekankan pada perilaku sosial yang diterima (efek prososial behavioral) dan pada perilaku agresif. Berdasarkan teori belajar sosial Bandura, kita belajar bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi dari peniruan atau peneladanan (modeling). Maka melalui media massa, seseorang dapat meniru atau meneladani sesuatu yang pada akhirnya dapat merubah behavioral seseorang. (BK)
sumber : Psikologi Komunikasi. Drs. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar