Selasa, 09 November 2010

Motivasi Untuk Mencintai

DAFTAR ISI

Daftar Isi
A. Pendahuluan
B. Pembahasan
1. Definisi Motivasi
2. Teori Attachment of Love
C. Penutup
D. Daftar Pustaka


MOTIVASI UNTUK MENCINTAI

A. PENDAHULUAN


Pada tahun 1875, seorang gadis remaja bernama Annie Oakley mengalahkan Frank Butler, seorang bintang acara Buffalo Bill Wild West Show, dalam sebuah kompetisi menembak. Butler menulis, "Kompetisi tersebut merupakan pertandingan pertama si gadis kecil dan kekalahan saya yang pertama. Hari berikutnya saya kembali untuk berkenalan dengan si gadis kecil yang telah mengalahkan saya, dan tidak lama kemudian, kami menikah". Butler kemudian menjadi manajer dari Oakley, dan selama 50 tahun berikutnya mereka pergi ke berbagai tempat di Amerika dan Eropa bersama-sama, dimana keahlian Oakley dalam menembak membuatnya menjadi terkenal di kedua benua tersebut. Frank kemudian menerbitkan sebuah buku yang berisi puisi cintanya pada Annie, dan mereka tetap setia dalam pernikahan hingga kematian mereka, yang hanya berjarak 18 hari, pada tahun 1962.
Berdasarkan cerita di atas, apa yang memotivasi Annie Oakley dan Frank Butler sehingga tetap setia dan saling mencintai selama 50 tahun pernilkahan mereka, sedangkan banyak hubungan romantis lainnya berakhir hanya dalam lima tahun atau bahkan lima minggu?

B. PEMBAHASAN

1. Definisi Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa Latin yang berarti "bergerak". Bagi para psikolog motivasi merujuk pada suatu proses dalam diri manusia atau hewan yang menyebabkan organisme tersebut bergerak menuju suatu tujuan, atau bergerak menjauh dari situasi yang tidak menyenangkan. Motif-motif tersebut dapat merupakan motif untuk memenuhi kebutuhan psikologis, biologis maupun untuk memenuhi ambisi psikologis.
Kebahagiaan dan kemakmuran dapat dipengaruhi oleh tujuan-tujuan yang kita tentukan bagi diri kita sendiri. Kita bisa bergerak untuk mencapai suatu tujuan karena adanya motivasi intinsik, yaitu suatu keinginan untuk melakukan suatu aktivitas atau meraih pencapaian tertentu semata-mata demi kesenangan atau kepuasan yang didapat dari melakukan aktivitas tersebut, atau karena adanya motivasi ekstrinsik, yaitu keinginan untuk mengejar suatu tujuan yang diakibatkan oleh imbalan-imbalan eksternal.

2. Teori Kelekatan Rasa Cinta (Attachment of Love Theory)

Menurut Philip Shaver dan Cindy Hazan (1993), para individu dewasa, sebagaimana bayi, dapat mengalami perasaan aman, cemas atau menghindar dari keterikatan mereka. Pasangan hidup yang memiliki kelekatan yang aman, akan memiliki perasaan aman. Mereka jarang menunjukkan perilaku cemburu atau khawatir bahwa mereka akan diabaikan oleh pasangannya. Mereka akan lebih memperhatikan pasangannya serta lebih ikhlas menolong pasangannya dibandingkan mereka yang tidak memiliki perasaan aman. Orang-orang yang merasa aman juga lebih cepat memahami dan memaafkan pasangan mereka apabila pasangan mereka melakukan sesuatu yang bodoh atau menyebalkan (Milkuliner dkk., 2005; Shaver dan Milkuliner, 2006).
Mereka yang merasa cemas akan selalu berubah-ubah dalam menyikapi hubungan berpasangannya, mereka ingin menjalin kedekatan, namun merasa khawatir akan ditinggalkan oleh pasangan mereka. Orang lain akan mendeskripsikan mereka sebagai orang-orang yang clingy (menempel seperti benalu), yang menjelaskan alasan mereka lebih sering merasa menderita saat cinta mereka tidak terbalas, dibandingkan mereka yang memiliki rasa aman dalam hubungan berpasangannya (Aron, Aron dan Allen, 1998).
Menurut teori attachment of love, gaya keterikatan seseorang saat telah menjadi individu dewasa sangat dipengaruhi oleh cara orang tuanya memperhatikan dirinya (Fraley dan Shaver, 2000; Milkuliner dan Goodman, 2006). Sewaktu kecil anak-anak membentuk suatu "model kerja" dari suatu hubungan seperti "Dapatkah saya mempercayai orang lain?", "Apakah saya layak untuk dicintai?" atau "Apakah ornag tua saya akan meninggalkan saya?" Apabila orang tua seorang anak menunjukkan penolakan, menunjukkan sikap yang dingin dan tidak menyediakan atau hanya menyediakan sedikit kenyamanan emosional dan kenyamanan fisik, akibatnya anak akan belajar untuk menganggap hubungan lainnya akan sama dengan hubungan antara dirinya dan orang tuanya. Apabila anak membentuk ikatan yang aman dengan orang tua yang dipercayainya, anak-anak tersebut akan dapat lebih mempercayai orang lain, dan lebih mampu membangun ikatan yang aman dengan teman-temannya dan pasangan hidupnya saat ia dewasa (Feeney dan Cassidy, 2003).
Menurut Hazan dan Shaver (1994) saat individu membangun suatu hubungan romantik, terdapat 3 (tiga) gaya ikatan yang terjadi yaitu :

1. Gaya mencari aman (secure style), dimana individu dewasa tersebut merasa mudah membangun hubungan akrab dengan orang lain dan merasa nyaman bergantung pada mereka, dan juga merasa nyaman apabila orang lain tersebut bergantung pada individu dewasa ini. Individu dewasa ini tidak merasa khwatir apabila diabaikan oleh orang lain atau saat seseorang menjadi terlalu dekat dengan individu dewasa tersebut.

2. Gaya menghindar (avoidant style), dimana individu dewasa tidak merasa terlalu nyaman untuk membangun hubungan dekat dengan seseorang; mengalami kesulitan mempercayai orang lain sepenuhnya dan sulit mengizinkan diri bergantung pada orang lain. Individu ini merasa kurang nyaman saat seseorang mendekati dan sering kali pasangan individu dewasa ini menginginkan individu dewasa ini bersikap lebih intim lagi dibandingkan kadar keintiman yang nyaman bagi dirinya.

3. Gaya pencemas (anxious style), dimana individu dewasa menemukan bahwa orang lain tidak ingin didekati seperti yang diinginkan dirinya. Individu dewasa tersebut sering kali merasa khawatir bahwa pasangannya tidak mencintainya dengan sungguh-sungguh dan tidak akan terus bersamanya. Individu dewasa ini ingin menggabungkan diri dengan orang lain secara keseluruhan, dan keinginan tersebut sering kali justru membuat orang lain menghindar.



C. PENUTUP

Ketika seseorang memiliki hubungan dengan orang lain, pasti ada motivasi dibalik hubungan tersebut. Pada umumnya motivasi tersebut adalah cinta. Cinta adalah suatu emosi yang dahsyat dan irrasional, yang mendebarkan jantung, yang mengacaukan segenap perasaan dan membutakan persepsi kita mengenai orang lain, suatu perasaan yang mendalam, suatu perasaan yang damai dan tentram disertai rasa percaya.
Pola hubungan seseorang dalam mencintai orang lain dipengaruhi oleh bagaimana hubungan orang tersebut dengan orang tuanya ketika ia kecil. Ketika sewaktu kecil ia mempunyai hubungan yang harmonis dan aman (secure) dengan orang tuanya, maka ketika dewasa ia akan lebih terbuka mengenai hubungan dengan orang lain. Begitu juga sebaliknya, jika ketika ia kecil mempunyai hubungan yang kurang atau tidak harmonis dan aman (secure) dengan orang tuanya, maka ketika ia dewasa akan menjadi seseorang yang sulit untuk membangun hubungan dengan orang lain.


D. DAFTAR PUSTAKA

Wade C., Tavris C. Psikologi. Edisi Kesembilan. Jilid 2. 2007. Jakarta : Erlangga. (BK)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar