Cara pandang berbeda plus jiwa kreatif yang dimiliki oleh seorang wanita bernama lengkap Poeng F. Moeladi memang patut diacungi jempol. Walaupun ide kreatifnya tertuang lewat perilaku yang aneh yaitu menyeruak di bawah pohon, tidak ada yang menyangka jika hasil pertualangannya tersebut menghasilkan karya sarat inovasi. Melalui petualangan, Poeng mendapatkan ide brilian untuk merubah bagian-bagian tanaman yang terbuang dan tidak terpakai sebagai hiasan cantik dan tentu saja bernilai tinggi. Keseriusan dan ketelitiannya melihat lingkungan sekitar, membawa Poeng menjadi salah satu wanita Indonesia pertama yang mengembangkan hobi merangkai bunga press menjadi bisnis menggiurkan.
"Setiap ranting, daun, dan bunga yang terbuang saya ambil dan saya bawa pulang" beber Poeng. Jika sebagian orang menganggap barang-barang temuannya tidaklah berarti sama sekali namun berkat jiwa seni yang dimiliki, Poeng mampu merubahnya menjadi karya seni spektakuler. Hanya melalui patahan ranting ataupun daun, Poeng berhasil 'menyulapnya' menjadi berbagai karya seni yang banyak diminati orang-orang asing.
Tidak ada yang menyangka jika hiasan berbagai figura dan gambar sederhana yang tersimpan rapih dalam bingkainya terbuat dari berbagai tanaman yang tidak terpakai. Sekilas tidak ada perbedaan gambar yang dibuatnya dengan lukisan umum, namun perbedaan baru terasa jika anda mengelus permukaan gambar yang menonjol. Jika para pelukis menggunakan media cat, sedangkan Poeng memilih daun sebagai media penyalur idenya.
Awalnya Poeng tidak tertarik untuk menjadikan hobinya ini sebagai bisnis, ia hanya berkreasi untuk pameran-pameran tertentu saja. Hingga pada akhirnya pada tahun 1985 ada orang yang tertarik untuk membeli karya Poeng. Tidak tanggung-tanggung, orang tersebut langsung memesan 1000 lembar undangan dengan hiasan daun-daun. Merasa tertantang, Poeng berusaha menyelesaikan pesanan tersebut seorang diri. Namun karena keterbatasan kemampuan, Poeng hampir melewati batas waktu yang diberikan pemesan. Kejadian tersebut akhirnya membuat Poeng memutuskan untuk merekrut beberapa anak orang tetangga untuk mengerjakan undangannya. Alahasil undangan pun selesai tepat pada waktunya.
Peristiwa inilah yang menumbuhkan rasa bisnis Poeng untuk mengembangkan usaha. Anak-anak rekrutannya dikumpulkan kembali untuk diajari membuat pola-pola hiasan bunga dan daun. Kegigihannya mengajari ilmu yang dimiliki membuahkan hasil. Salah satu supermarket kalangan ekspatriat di daerah Kemang, Jakarta Selatan bersedia menyediakan tempat penjualan khusus seni bunga keringnya. Kejelian melihat keinginan pasar tersebut ternyata berbuah manis, pihak supermarket mengatakan banyak orang bule yang tertarik dan membeli karyanya. Melewati fase promosi yang panjang, kini karya-karya yang tercipta telah banyak diperdagangkan di berbagai toko souvenir hotel berbintang di Jakarta. (BK)
sumber : Pelangi, Maret 2008.
"Setiap ranting, daun, dan bunga yang terbuang saya ambil dan saya bawa pulang" beber Poeng. Jika sebagian orang menganggap barang-barang temuannya tidaklah berarti sama sekali namun berkat jiwa seni yang dimiliki, Poeng mampu merubahnya menjadi karya seni spektakuler. Hanya melalui patahan ranting ataupun daun, Poeng berhasil 'menyulapnya' menjadi berbagai karya seni yang banyak diminati orang-orang asing.
Tidak ada yang menyangka jika hiasan berbagai figura dan gambar sederhana yang tersimpan rapih dalam bingkainya terbuat dari berbagai tanaman yang tidak terpakai. Sekilas tidak ada perbedaan gambar yang dibuatnya dengan lukisan umum, namun perbedaan baru terasa jika anda mengelus permukaan gambar yang menonjol. Jika para pelukis menggunakan media cat, sedangkan Poeng memilih daun sebagai media penyalur idenya.
Awalnya Poeng tidak tertarik untuk menjadikan hobinya ini sebagai bisnis, ia hanya berkreasi untuk pameran-pameran tertentu saja. Hingga pada akhirnya pada tahun 1985 ada orang yang tertarik untuk membeli karya Poeng. Tidak tanggung-tanggung, orang tersebut langsung memesan 1000 lembar undangan dengan hiasan daun-daun. Merasa tertantang, Poeng berusaha menyelesaikan pesanan tersebut seorang diri. Namun karena keterbatasan kemampuan, Poeng hampir melewati batas waktu yang diberikan pemesan. Kejadian tersebut akhirnya membuat Poeng memutuskan untuk merekrut beberapa anak orang tetangga untuk mengerjakan undangannya. Alahasil undangan pun selesai tepat pada waktunya.
Peristiwa inilah yang menumbuhkan rasa bisnis Poeng untuk mengembangkan usaha. Anak-anak rekrutannya dikumpulkan kembali untuk diajari membuat pola-pola hiasan bunga dan daun. Kegigihannya mengajari ilmu yang dimiliki membuahkan hasil. Salah satu supermarket kalangan ekspatriat di daerah Kemang, Jakarta Selatan bersedia menyediakan tempat penjualan khusus seni bunga keringnya. Kejelian melihat keinginan pasar tersebut ternyata berbuah manis, pihak supermarket mengatakan banyak orang bule yang tertarik dan membeli karyanya. Melewati fase promosi yang panjang, kini karya-karya yang tercipta telah banyak diperdagangkan di berbagai toko souvenir hotel berbintang di Jakarta. (BK)
sumber : Pelangi, Maret 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar